You are here Pengumuman Fak. Kedokteran Gigi Praktikum

Praktikum

KETENTUAN PRAKTIKUM DAN BAHAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FISIOLOGI - RESPIRASI, SPIROMETRI MANUAL, DAN ELEKTRIK FKG 2021

E-mail Print PDF

KETENTUAN PRAKTIKUM, BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM FISIOLOGI, SERTA VIDEO PEMBELAJARAN MATERI RESPIRASI, SPIROMETRI MANUAL, DAN ELEKTRIK FKG 2021

 

KETENTUAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIOLOGI FK UNISSULA

1. Praktikum dilaksanakan melalui Zoom Meeting, praktikan dapat mengakses ID dan password meeting sesuai waktu pelaksanaan praktikum yaitu 15 menit sebelum praktikum dimulai.

2. Setiap praktikan menggunakan username dengan format SGD_NAMA_NIM, untuk penulisan nama, menggunakan nama lengkap, bukan nama tengah ataupun nama panggilan.

3. Setelah bergabung dalam meeting room, praktikan diberi waktu 5 menit untuk absen dengan format SGD_NAMA_NIM, melalui private chat ke asisten masing-masing sesuai dengan SGD nya :

  • SGD 1 : Zidni Ilman Nafi’a
  • SGD 2 : Yusuf Kusuma Dewa
  • SGD 3 : Salsabila Amarti Nisaa
  • SGD 4 : Nisrina Syifa Ayunindya
  • SGD 5 : Nadila Yuniar Sabila
  • SGD 6 : Laily Rezky Amaliyah
  • SGD 7 : Dina Nikmatul Ulya
  • SGD 8 : Alya Mahadewi K. Z
  • SGD 9 : Almadito Akbar

4. Selama praktikum berlangsung, praktikan WAJIB menyalakan kamera. Bagi praktikan yang tidak menyalakan kamera maka dianggap tidak mengikuti praktikum.

5.Setelah dilaksanakan praktikum akan dilaksanakan post test melalui google form yang akan diberitahukan linknya melalui chat zoom.

6. Silakan sebelum praktikum dapat mempersiapkan materi dengan baik.

    Sumber belajar :

1.     Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Kedokteran Gigi 2021

2.     Buku Ajar Fisiologi Sherwood

        Bab 13. Sistem Pernapasan

  • 13. 1 Anatomi Pernapasan
  • 13. 2 Mekanisme Pernapasan
  • 13. 3 Pertukaran Gas
  • 13. 4 Transpor Gas
  • 13. 5 Kontrol Pernapasan

3.     Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton

        Unit VII Pernapasan

  • Bab 37. Ventilasi Paru
  • Bab 38. Sirkulasi Paru, Edema Paru, Cairan Pleura
  • Bab 39. Prinsip-Prinsip Fisika Pertukaran Gas; Difusi Oksigen dan Karbon Dioksida melalui Membran Pernapasan
  • Bab 40. Pengangkutan Oksigen dan Karbon Dioksida di dalam Darah dan Cairan Tubuh
  • Bab 41. Pengaturan Pernapasan

 

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM FISIOLOGI SERTA VIDEO PEMBELAJARAN MATERI RESPIRASI, SPIROMETRI MANUAL, DAN ELEKTRIK FKG 2021

Berikut terlampir link materi Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi beserta video pembelajaran untuk praktikum pada Jum'at, 17 Desember 2021 dengan materi Respirasi, Spirometri Manual, dan Elektrik FKG 2021. Silakan pelajari materi yang akan dipraktikumkan baik dari materi yang kami upload ataupun dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran yang lain.

Selamat belajar dan terima kasih

Attachments:
FileDescriptionUploaderFile sizeLast modified
Access this URL (https://drive.google.com/file/d/1xDeaSfvKO5BZ78-K0w6sQdAWR7r14oda/view?usp=sharing)Buku Petunjuk Praktikum Respirasi, Spirometri Manual, dan Elektrik FKG 2021 Salsabila Amarti0 Kb12/14/21 14:48
Access this URL (https://drive.google.com/file/d/1WjC9Bt_FHvLYcN4tBzUByPvscE40LJZ7/view?usp=sharing)Video Pembelajaran Respirasi, Spirometri Manual, dan Elektrik FKG 2021 Salsabila Amarti0 Kb12/14/21 14:48
Last Updated on Tuesday, 14 December 2021 14:52

PETUNJUK PRAKTIKUM MATERI SPIROMETRI MANUAL DAN ELEKTRIK FKG 2018

E-mail Print PDF

PETUNJUK PRAKTIKUM MATERI SPIROMETRI MANUAL DAN ELEKTRIK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI 2018

Berikut link materi untuk praktikum pada Kamis, 20 Desember 2018. Materi ini wajib didownload dan diprint. Materi wajib dibawa pada saat praktikum Spirometri Manual dan Elektrik. Silahkan pelajari materi yang akan dipraktikumkan baik dari materi yang kami upload ataupun dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran yang lain.

https://drive.google.com/file/d/1VuB-_obpP-vEmqylWVJXa0MBMmGjUW8B/view?usp=sharing

Last Updated on Tuesday, 18 December 2018 11:30

Materi Refleks dan Kontraksi Otot FKG 2014

E-mail Print PDF

Catatan :

Berikut materi untuk praktikum pada Rabu, 07 Januari 2015. Materi ini boleh diprint dan diperbanyak hanya untuk modul ini saja. Silahkan pelajari materi yang akan dipraktikumkan baik dari materi yang kami upload ataupun dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran yang lain.

BAB II

KAPASITAS KERJA FISIK

 

            Kemampuan melakukan kerja sering dihubungkan dengan kesegaran fisik atau lebih dikenal dengan istilah “Physical fitness”. Definisi mengenai istilah ini belum terdapat kesepakatan yang memuaskan. Salah satu definisi kesegaran fisik menurut Comitee on Exercise dari American Heart Association adalah kapasitas umum untuk menyesuaikan diri dan bereaksi dengan baik terhadap kerja fisik. Seseorang dianggap fit, apabila ia dapat menghadapi kebutuhan gerakan dan kerja sehari – hari, secara aman dan efektif. Termasuk di dalamnya kerja aktif, kerja duduk, memenuhi fungsinya dalam keluarga dan masyarakat, serta dapat menikmati kegiatan rekreasi pilihannya tanpa rasa kelelahan yang berarti.

            Apabila dirangkum maka kesegaran jasmani terdiri dari beberapa unsure, sbb :

1.      Daya tahan (endurance)

  1. Kekuatan otot (muscle strength)
  2. Tenaga ledak otot (muscle explosive power)
  3. Kecepatan (speed)
  4. Keangkasan (agility)
  5. Kelenturan (flexibility)
  6. Keseimbangan (balance)
  7. Kecepatan reaksi (reaction time)
  8. Koordinasi (coordination)

 

Daya tahan menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan kerja secara terus – menerus dalam suasana aerobic. Jadi dapat berlaku bagi seluruh tubuh, suatu sistem dalam tubuh, daerah tertentu dan sebagainya. Umumnya yang paling banyak dibahas adalah daya tahan kardiovaskuler, pernapasan, dan otot. Daya tahan kardiovaskuler merupakan faktor utama pada kesegaran fisik bahkan sering menjadi sinonim. Dalam laboratorium pengukuran paling obyektif dengan menghitung jumlah ambilan O2 atau bias disebut VO2 max.

Pengukuran dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, misalnya berjalan, jogging atau berlari pada treadmill, mengendarai dengan sepeda ergo (ergo cycle), naik turun bangku, lari 12 menit menurut Cooper, dsb. Pemilihan macam pengukuran tergantung pada kebutuhan dan fasilitas yang ada tanpa mengurangi validitas.

 

 

 

 

II.1 KONTRAKSI OTOT RANGKA

            Evolusi kontraksi dimulai dari eksitasi dan kontraksi seluruh protoplasma yang berkembang ke gerakan silia dan flagella yang ada pada organisme multisel, terbentuklah struktur – struktur fungsi otot saraf yang perlu guna adaptasi cepat terhadap lingkungannya. Kontraksi otot perlu guna pengaturan sikap dan gerakan dengan komponen sinergis dan antagonis.

            Sifat kontraksi otot : pengendalian mandiri dengan umpan balik negatif, kontraksi satu arah sehingga dapat diukur. Pada otot skelet, potensial aksi terjadi di luar periode kontraksi dan relaksasinya, sedang satuan fungsionalnya adalah satuan motorik.

            Peristiwa “All or none response” karenanya hanya terjadi pada satuan motorik yang mempunyai nilai ambang perangsangan yang berbeda – beda. Sifat yang demikian ini akan melindungi otot dari kelelahan total.

 

II.2 PEMBENTUKAN ENERGI PADA KONTRAKSI OTOT

  1. Hasil kerja selama kontraksi otot

Bila otot berkontraksi melawan suatu beban, dikatakan otot ini melakukan kerja. Hal ini berarti ada energi yang dipindahkan dari otot ke beban eksternal, sebagai contoh, untuk mengangkat suatu objek ke tempat yang lebih tinggi atau untuk mengimbangi tahanan pada waktu melakukan gerak.

  1. Sumber energi untuk kontraksi otot

Kontraksi otot bergantung pada energi yang disediakan oleh ATP. Sebagian besar energi ini dibutuhkan untuk menjalankan mekanisme berjalan – jalan dimana jembatan penyebrangan menarik filamen – filamen aktin, tetapi sejumlah kecil energi dibutuhkan untuk :

a.       Memompa kalsium dari sarkoplasma ke dalam retikulum sarkoplasma setelah kontraksi berakhir

b.      Memompa ion – ion natrium dan kalium melalui membran serat otot untuk mempertahankan lingkungan ionic yang cocok untuk pembentukan potensial aksi.

Sumber energi pertama yang digunakan untuk menyusun kembali ATP adalah substansia kreatin fosfat, yang membawa ikatan fosfat bernergi tinggi, yag serupa dengan ATP.

Sumber energi yang penting berikutnya, yang digunakan untuk menyusun kembali kreatin fosfat dan ATP adalah glikogen yang sebelumnya telah disimpan dalam sel otot. Pemecahan glikogen secara enzimatik menjadi asam piruvat dan asam laktat yang berlangsung dengan cepat akan membebaskan energi yang digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP, dan ATP kemudian dapat digunakan secara langsung untuk memberi energi bagi kontraksi otot atau untuk membentuk kembali kreatin fosfat.

Sumber energi yang terakhir adalah metabolisme oksidatif. Hal ini berarti mengkombinasikan oksigen dengan berbagai bahan makanan seluler untuk membebaskan ATP.

 

II.3 PENGATURAN KEMBALI SIRKULASI SELAMA KERJA FISIK

            Selama kerja fisik, terjadi 3 (tiga) efek utama yang penting bagi sistem sirkulasi untuk menyediakan banyak aliran darah yang dibutuhkan oleh otot. Efek – efek ini adalah :

  1. Pengeluaran rangsangan simpatis yang besar

Ada tiga pengaruh sirkulasi yang utama akibat dari rangsangan simpatis yang besar. Pertama, jantung dirangsang sehingga kecepatan denyut jantung dan kekuatan pemompaanya menjadi sangat meningkat. Kedua, sebagian besar arteriol pada sirkulasi perifer menjadi terkontraksi dengan kuat kecuali arteriol dalam otot yang aktif. Jadi, jantung terangsang untuk menyediakan aliran darah yang semakin besar yang memang dibutuhkan oleh otot, dan aliran darah yang melalui sebagian besar daerah tubuh yang tidak berotot untuk sementara akan berkurang. Ketiga, dinding otot vena dan daerah kapasitatif lainnya pada sirkulasi menjadi berkontraksi secara kuat, yang akan sangat meningkatkan tekanan sistemik pengisian rata – rata.

  1. Kenaikan tekanan arteri

Hal ini adalah akibat dari beberapa efek perangsangan, antara lain : (1) vasokonstriksi arteriol dan arteri kecil pada sebagian besar jaringan tubuh disamping otot – otot yang aktif, (2) peningkatan aktivitas pemompaan oleh jantung, dan (3) peningkatan yang besar pada tekanan sistemik rata – rata yang terutama disebabkan oleh kontraksi vena. Efek – efek ini bekerja bersama – sama yang akhirnya selalu menigkatkan tekanan arteri selama kerja fisik.

  1. Kenaikan curah jantung

Banyak macam efek fisiologis yang terjadi pada saat bersamaan selama kerja fisik, karena curah jantung meningkat bersamaan dengan peningkatan kerja fisik. Peningkatan curah jantung ini kemudian menjadi hal dasar untuk menyediakan sejumlah besar oksigen dan zat makanan lain yang dibutuhkan otot – otot yang bekerja. Pada kenyataannya, kemampuan sistem sirkulasi untuk menimbulkan peningkatan curah jantung selama kerja fisik yang berat adalah hal yang sama pentingnya dengan kekuatan otot itu sendiri dalam menentukan batas kerja otot.

 

 

II.4 PENGAMBILAN OKSIGEN OLEH DARAH PARU SELAMA KERJA

Selama kerja berat, tubuh seseorang membutuhkan 20 kali jumlah oksigen normal. Juga, karena peningkatan curah jantung, waktu menetapnya darah dalam kapiler sangat berkurang menjadi kurang dari setengah normal, walaupun pada kenyataannya kapiler yang terbuka bertambah. Oksigenasi dapat bertahan karena dua alasan tersebut. Namun karena ada suatu faktor pengaman yang besar untuk difusi oksigen melalui membran paru, darah tersebut hampir sepenuhnya dijenuhkan dengan oksigen ketika meninggalkan kapiler paru, alasannya adalah sebagai berikut : Pertama, bahwa kapasitas difusi oksigen meningkat kira – kira hampir tiga kali lipat selama kerja; hasil ini terutama akibat meningkatnya daerah permukaan kapiler yang berperan dalam difusi, tetapi juga dari rasio ventilasi – perfusi yang semakin mendekati ideal di bagian atas paru – paru.

Kedua, bahwa selama aliran darah paru normal, darah menjadi hampir tersaturasi dengan oksigen ketika melalui sepertiga kapiler paru, dan ada sedikit penambahan oksigen yang masuk kedalam darah selama dua per tiga akhir dari perpindahannya. Dengan ini, pada keadaan normal darah tinggal dalam kapiler paru kira – kira tiga kali lebih lama dari yang diperlukan untuk oksigenasi penuh. Oleh karen itu, waktu latihan, walaupun darah hanya sebentar saja berada dalam kapiler, tetapi darah masih dapat teroksigenasi secara penuh atau hampir penuh.

II.5 KELELAHAN OTOT

     Kontraksi otot yang kuat dan lama mengakibatkan keadaa yang dikenal sebagai kelebihan otot. Penelitian telah menunjukkan bahwa kelelahan otot meningkat hampir berbanding langsung dengan kecepatan penurunan glikogen otot. Oleh karena itu, sebagian besar kelelahan mungkin akibat dari ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolic serat – serat otot untuk memberi hasil kerja yang sama. Hambatan aliran darah yang menuju ke otot yang sedang berkotraksi menyebabkan kelelahan otot karena kehilangan suplai makanan terutama kehilangan oksigen.

ALAT DAN BAHAN

  • Bangku
  • Metronome
  • Stopwatch

CARA KERJA KAPASITAS KERJA FISIK

  • Siapkan seorang probandus yang akan dilakukan pemeriksaan
  • Hitung denyut nadi probandus selama 30 detik sebelum melakukan kerja fisik
  • Probandus diminta melakukan kerja fisik dengan cara naik turun tangga selama 30 kali per menit (dengan bantuan metronome yang di set dengan kecepatan 120 kali ketukan per menit) selama mungkin tetapi tidak melebihi 5 menit
  • Setelah itu probandus dipersilakan istirahat selama 1 menit, lalu kita hitung denyut nadinya selama 30 detik
  • Lakukan tindakan seperti poin di atas sebanyak 3 kali
  • Kemudian hasil yang ada kita gunakan untuk menilai indeks kesanggupan kardiovaskulernya

 

 

Perhitungan :

Cara Lambat :

Cara Cepat :

Norma Penilaian Indeks Efisiensi Fisik

 

Cara Lambat

Cara Cepat

Kategori

PEI

Kategori

PEI

Jelek

< 55

Jelek

< 50

Sedang

55 – 64

 

 

Cukup

65 – 79

Cukup

50 – 80

Baik

80 – 89

 

 

Istimewa

90 <

Baik

80 <

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

REFLEKS DAN TES CEREBELLUM

 

A.    REFLEKS

Refleks adalah aktivitas motorik spontan spesifik yang merupakan jawaban atas rangsangan yang adekuat pada reseptor saraf yang tak disadari (bukan atas perintah pusat kesadaran).

 

Hukum Bell Magendi

“Radiks dorsal medula spinalis adalah sensorik dan radiks ventral adalah motorik.”

 

            Lengkung refleks adalah unit dasar kegiatan saraf terpadu yang terdiri dari reseptor, neuron aferen, satu sinaps atau lebih, neuron eferen dan efektor. Lengkung refleks yang paling sederhana disebut monosinaptik, yang hanya mempunyai sinaps tunggal antara neuron aferen dan neuron eferen.

 

Masukan ke dalam sitem saraf dapat timbul karena adanya reseptor sensorik yang mengenali bermacam-macam rangsangan sensorik. Terdapat lima jenis reseptor sensorik yang ada dalam tubuh.:

(1)     Mekanoreseptor, yang mengenali kompresi mekanis atau peregangan pada reseptor atau jaringan yang berdekatan dengan reseptor

(2)     Termoreseptor, dipakai untuk mengenali perubahan-perubahan suhu, beberapa reseptor mengenali suhu dingin dan lainnya suhu panas

(3)     Nosiseptor (reseptor nyeri), dipakai untuk mengenali kerusakan jaringan yang terjadi, apakah kerusakan fisik atau kerusakan kimiawi

(4)     Reseptor elektromagnetik, dipakai untuk mengenali cahaya yang sampai pada retina mata

(5)     Kemoreseptor, yang dipakai untuk mengenali rasa/pengecapan dalam mulut, bau-bauan dalam hidung, kadar oksigen dalam darah arteri, osmolalitas cairan tubuh, konsentrasi karbon dioksida, dan mungkin juga faktor-faktor lainnya yang menyusun keadaan kimiawi tubuh.

 

Sinaps merupakan titik penghubung dari satu neuron ke neuron lainnya. Sinaps menentukan arah penyebaran sinyal saraf melalui system saraf. Beberapa sinaps dapat dengan mudah menjalarkan sinyal dari satu neuron ke neuron lainnya, sedangkan neuron yang lain lebih sukar. Sinyal yang bersifat mempermudah atau menghambat yang berasal dari daerah sistem saraf lain dapat juga mengatur penjalaran sinaps, kadangkala membuka sinaps itu untuk dapat dijalari dan pada saat lain akan tertutup. Selain itu, beberapa neuron post-sinaps dapat memberi respon bila mendapat impuls dari luar dalam jumlah yang besar, sedangkan yang lain sudah dapat memberikan respon walaupun impuls yang datang itu lebih sedikit. Jadi, kerja sinaps itu bersifat selektif, dapat menghambat sinyal yang lemah sedangkan sinyal yang lebih kuat dijalarkan, namun pada saat lain menyeleksi dan memperkuat sinyal lemah tertentu, atau juga meneruskan sinyal-sinyal ini ke segala arah dan tidak hanya ke satu arah.

 

Cus10014.BMP

Penampang melintang medula spinalis

 

Keterangan:

1.      Reseptor                      5.Neuron eferen

2.      Neuron aferen             6.Efektor                                

3.      Radiks dorsal              7.Kornu posterior

4.      Radiks ventral             8.Kornu anterior

 

            Kesadaran dalam bidang kedokteran dapat didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan pengintegrasikan impuls eferan dan aferen. Semua impuls aferen dapat disebut input, dan semua impuls eferen dapat dinamakan output SSP. Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal dengan komposmentis. Sedangkan kesadaran yang sangat terganggu, tidak terdapat aksi dan reaksi disebut koma. Segala aktivitas SSP yang dapat dilihat, didengar, direkam, dan diperiksa berwujud gerak otot.

 

Otot dan tendonnya memiliki dua reseptor sensorik yang khusus, yakni: (1) kumparan otot (muscle spindle) yang tersebar di seluruh bagian perut (belly) otot dan mengirimkan informasi mengenai panjang otot atau perubahan kecepatan panjang otot menuju sistem saraf, dan (2) organ tendon golgi, yang terletak di tendon otot dan menjalarkan informasi mengenai tegangan atau kecepatan perubahan tegangan.

            Bila suatu otot rangka dengan persarafan utuh diregangkan, otot akan kontraksi, respon ini disebut refleks regang (stretch reflex). Kapan pun otot diregang secara tiba-tiba, eksitasi yang timbul pada kumparan menyebabkan refleks kontraksi serabut otot rangka yang besar dari otot yang teregang dan otot-otot sinergisnya.  Secara klinis, ada suatu metode yang dieprgunakan untuk menentukan kepekaan refleks regang yakni dengan cara menimbulkan sentakan lutut dan sentakan otot lainnya. Sentakan ini dapat ditimbulkan dengan cara memukul pelan-pelan tendo patella dengan palu refleks, pukulan ini akan secara tiba-tiba meregangkan otot kuadriseps dan merangsang terjadinya refleks regang dinamik yang kemudian akan menyebabkan tungkai bawah “menyentak” ke depan. Refleks regang merupakan refleks monosinaps, karena sebuah neuron aferen yang berasal dari reseptor pendeteksi regangan di otot rangka langsung berakhir di neuron eferen yang mempersarafi otot rangka yang sama untuk menyebabkan kontraksi dan meniadakan peregangan.

 

Refleks menarik dan semua refleks lainnya bersifat polisinaps (banyak sinaps), karena banyak antarneuron ditempatkan pada jalur refleks, sehingga lebih banyak sinaps yang terlibat. Misalnya seseorang menginjak sebuah paku dan bukan menyentuh benda panas dengan tangannya. Timbul lengkung refleks untuk menarik kaki yang tertusuk dari rangsangan nyeri, sementara tungkai yang berlawanan secara bersamaan mempersiapkan diri untuk secara mendadak menerima seluruh beban tubuh, sehingga orang yang bersangkutan tidak kehilangan keseimbangan atau jatuh. Menekuknya lutut tungkai yang tertusuk tanpa hambatan dilaksanakan melalui stimulasi refleks otot-otot yang menyebabkan fleksi lutut dan inhibisi otot-otot yang menyebabkan ekstensi lutut. Pada saat yang sama, ekstensi lutut tungkai yang berlawanan terjadi karena pengaktifan jalur-jalur yang menyilang ke sisi korda spinalis yang berlawanan untuk secara refleks merangsang ekstensi lutut dan menghambat fleksinya. Refleks ekstensor menyilang (crossed extensor reflex) ini memastikan bahwa tungkai yang berlawanan akan berada dalam posisi untuk menerima beban tubuh sewaktu tungkai yang tertusuk ditarik dari rangsangan.

            Sesungguhnya refleks adalah suatu aksi yang tidak disadari tetapi akhirnya akan disadari juga sebab stimuli tersebut ada sebagian yang menuju ke pusat kesadaran. Rangsangan/stimuli (organ/zat yang peka terhadap rangsangan) akan menimbulkan impuls dan impuls ini diteruskan melalui neuron aferen menuju ke atas (ascenderen) melalui traktus spinothalamus, ganti neuron di nucleus lateralis thalami, melalui kapsula interna sampailah pada gyrus centralis posterior (pusat kesadaran). Tetapi ada sebagian impuls dari kornu posterior tersebut menuju ke kornu anterior terus ke otot melalui neuron eferen dan akan menimbulkan gerakan pada otot yang bersangkutan. Gerakan ini disebut sebagai refleks spinal.

 

            Otot skeletal dan neuron menyusun susunan neuromuskular voluntar yang secara anatomik terdiri dari:

1.      Upper Motor Neuron (UMN)

2.      Lower Motor Neuron (LMN)

3.      Alat penghubung antara unsur saraf dan otot

4.      Otot skeletal

 

Refleks terjadi bila:

a.       Rangsangan tersebut sesuai dengan reseptornya

Misalnya refleks tendon di sini rangsangannya harus berupa ketokan. Refleks tendon ini tidak akan terjadi bila rangsangan berupa geseran.

b.      Besarnya rangsangan harus melebihi atau sama dengan nilai ambang reseptor tersebut.

 

Sifat umum refleks:

1.      Rangsangan yang ada harus adekuat

2.      Mempunyai lintasan akhir yang sama

3.      Bersifat eksitasi dan inhibisi terhadap respon refleks

4.      Habituasi dan sensitasi terhadap respon reflek

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan refleks:

1.      Teknik pemeriksaan

2.      Lokasi pengetukan

 

Neuron intercalatus àneuron yang ada di aferen dan eferen

·         Refleks Patella berpusat di segmen lumbal II-IV yang disalurkan melalui n. Femoralis. Ketukan pada tendo Patella menyebabkan kontraksi m. Quadriceps femoris. Reaksinya berupa ekstensi tungkai bawah.

·         Refleks Achilles berpusat di segmen lumbal V dan sacral I-II yang disalurkan melalui n. Tibialis. Ketukan pada tendo Achilles menyebabkan kontraksi m. Gastrocnemius. Reaksinya berupa fleksi telapak kaki.

·         Refleks Biceps berpusat di segmen servikal V-VI yang disalurkan melalui n. Musculocutaneus. Ketukan pada tendo m. Biceps brachii menyebabkan kontraksi m. Biceps brachii. Reaksinya berupa fleksi lengan bawah.

·         Refleks Triceps berpusat di segmen servikal VI-VII yang disalurkan melalui n. Radialis. Ketukan pada tendo Triceps brachii menyebabkan kontraksi m. Triceps brachii. Reaksinya berupa ekstensi lengan bawah.

·         Refleks Radialis berpusat di segmen servikal V-VI yang disalurkan melalui n. Radialis. Ketukan pada periosteum ujung distal os radii menyebabkan kontraksi m. Brachioradialis. Reaksinya berupa fleksi lengan bawah di siku dan supinasi tangan.

·         Refleks Ulnaris berpusat di segmen servikal VIII dan torakal I yang disalurkan melalui n. Ulnaris. Ketukan pada periosteum processus styloideus ulna menyebabkan kontraksi m. Pronator quadratus. Reaksinya berupa pronasi tangan.

 

Refleks primitif merupakan refleks fisiologis pada bayi, misalnya:

·         Snouting àrefleks menyusu

·         Gresping àrefleks untuk mencengkeram

·         Refleks mencari cahaya

·         Moro

 

Cara Kerja Refleks:

1.      Refleks Biceps

Dalam posisi duduk lengan bawah dibuat dengan sikap setengah fleksi yang diletakkan di atas paha, kemudian dengan menggunakan ibu jari tangan kiri menekan tendo otot biceps di atas fossa cubiti dan dengan tangan kanan dipukulkan palu refleks pada ibu jari tadi.

 

2.      Refleks Triceps

Probandus duduk atau berdiri. Dalam posisi duduk lengan bawah dibuat dalam sikap ¼ fleksi kemudian palu refleks dipukulkan pada tendo otot triceps yang terletak 5 cm di atas siku.

 

 

3.      Refleks Patella

Kita ketuk tendo patella dari orang yang duduk dengan menggantungkan kakinya. Sedangkan pada posisi berbaring telentang, buat tungkai setengah fleksi pada bagian sendi lutut dengan disangga oleh tangan pemeriksa.

 

4.      Refleks Achilles

Tungkai difleksikan pada bagian sendi lutut dan kaki didorsofleksikan ringan dengan tangan kiri pemeriksa. Kemudian lakukan ketukan pada tendo Achilles.

 

5.      Refleks Radialis

Lengan bawah setengah fleksi di sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan. Ketuk pada periosteum ujung distal os radii.

 

6.      Refleks Ulnaris

Lakukan ketukan pada periosteum processus styloideus ulna dengan posisi lengan bawah setengah fleksi antara pronasi dan supinasi.